BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Keluarga memberikan
wanita arena bermain dan jaminan keamanan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
kewanitaannya. Semakin mantap wanita itu memainkan berbagai peranan sosial
dalam keluarga, semakin positif dan makin produktiflah dirinya. Oleh karena
agar wanita mampu melaksanakan berbagai macam peranannya itu diperlukan
kedewasaan psikis. Kedewasaan psikis mengandung pengertian
memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri menyadari tanggung jawab, mempunyai
tujuan dan arah hidup yang jelas serta produktif kreatif. Melalui kedewasaan
psikis tersebut akan tercapai kestabilan-keseimbangan jiwa dalam kebahagiaan
hidupnya.
Kedewasaan psikis
diperlukan dalam setiap periode kehidupan wanita terutama pada periode dewasa
dan tua karena pada periode ini terjadi perubahan-perubahan yang signifikan
baik fisik maupun psikologisnya (Kartono, 1992 : 312). Pada periode ini
diharapkan wanita telah mempunyai kedewasaan secara psikis yang mantap dalam
arti memiliki respon yang positif dalam menjalani berbagai perannya. Periode
tua atau sering disebut periode terakhir dalam rentang kehidupan merupakan
suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu.
Yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock,
1997 : 57). Pada wanita, periode ini disebut periode nenek-nenek yang ditandai
dengan regresi-regresi atau kemunduran tertentu baik yang bersifat fisik maupun
psikis (Kartono, 1992 : 317). Dari kemunduran-kemunduran ini kemudian timbul
masalah kesehatan. Salah satu yang dialami nenek-nenek atau usia lanjut adalah
menopause.
Menurut Pittsburg
(1996) sebagian besar wanita menopause di dunia tidak mengetahui tentang
menopause. Wanita menopause yang tidak mengetahui tentang menopause hampir
80,9%. Sebagian besar dari mereka berespon yang bermacam-macam terhadap
datangnya masa ini, yaitu mengalami kecemasan, depresi, stres, mudah marah,
daripada wanita yang mengetahui menopause (Wiknjosastro, 1997 :312).
Salah satu cara untuk
mengatasi gangguan psikologis tentang menopause adalah dengan usaha resignasi
(sumeleh, sumarah, tawakal) tanpa kompensasi untuk menghadapi situasi dan
kondisi ketuaan, tanpa rasa kecemasan dan usaha resignasi ini merupakan usaha
paling sulit bagi setiap manusia (resignasi = berusten = tawakal = menerima
dengan hati sumarah). Selain itu banyak kemajuan di bidang kedokteran di kelak
kemudian hari orang bisa mengurangi kesulitan-kesulitan fisik dan psikis
periode klimakteris dengan memberikan pengaruh tertentu pada aparat endokrin.
Namun untuk saat sekarang ini tidak ada jalan lain kecuali wanita setengah umur
ini harus mau dan bisa menerima status quo (keadaan dirinya pada saat itu) yang
mulai menjadi tua serta akan sangat bijaksanalah apabila wanita-wanita tersebut
mampu melihat segi-segi positif dari pengalaman hidupnya sampai saat itu
(Kartono, 1992: 334)
1.1 TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui pengertian tentang menopause.
2. Untuk mengetahui periode terjadinya menopause.
3. Untuk mengetahui patofisiologi menopause.
4. Untuk mengetahui bagaimana gejala-gejala dari menopause.
5. Untuk mengetahui faktor – faktor perubahan psikologis
pada masa menopause.
6. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada wanita
menopause.
7. Untuk mengetahui cara mengatasi Insomia, gangguan konsep
diri dan infantil pada masa menopause.
8. Untuk mengetahui bagaiman peran bidan dalam mengatasi
gangguan – gangguan pada wanita menopause.
1.2
TUJUAN PENULISAN
Diharapkan
kepada pembaca terutama mahasiswa kebidanan untuk mengarti dan memahami tentang
psikologi pada wanita menopause sehingga dapat melakukan penanganan pada wanita
yang mengalami menopause.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Menopause
Menurut arti katanya, menopause berasal dari kata “men”
berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti,
sehingga menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi.
Menopause secara teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang dihubungkan
dengan berakhirnya fungsi ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium
(Kartono, 1992).
Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita,
dimana siklus menstruasi berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya
menstruasi ini berarti berhentinya fungsi reproduksi (tidak dapat hamil dan
mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam melayani suami di bidang
kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Hawari, 1996).
2.
Periode Terjadinya Menopause
Masa
pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid
yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa
tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya sudah terjadi berbagai
perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah
sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan
gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus –
hipofisis terganggu. Pertama – tama mengalami kegagalan adalah fungsi korpus
luteum. Turunya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan
balik negarif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan
produksi dan sekresi FSH ( Foilicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone). Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk
mendiagnosis sindrom klimakterium.
Secara
endokrinologis, klimakterium ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan
meningkatnya pengeluaran gonadrotopin. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan
gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif,
gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid.
Wanita
dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis
terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur
yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi
terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang
terjadi di sekitar menopause, yang berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon
penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan
testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak
diproduksi.
Purwantyastuti
(2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di usia
45-55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan Braam dkk (1981), yang menyatakan
bahwa sebagian besar wanita, menopause terjadi pada umur antara 45-55 tahun.
Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum
umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru
mendapatkan menstruasi terakhir.
Menurut
Pakasi (dalam Indarwati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium,
yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal
lanjut usia, yaitu usia 40-63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan
salah satu tanda kewanitaan seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi
wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti.
Muhammad
(1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa-sisa
folikel sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat
ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak,
antara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa
kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai
memasuki usia menopause. Menurut Hastings (Damayanti, 2003) sebagian besar
wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada
umur 47 tahun.
3.
Patofisiologi Menopause
Secara umum patofisiologis menopause
dijabarkan sebagai berikut :
a.
Pramenopause / klimakterium
Kekacauan siklus haid, perubahan
psikologis / kejiwaan, perubahan fisik, pendarahan memanjang dan relatif
banyak, terkadang disertai nyeri haid ( dismenorea ), usia antara 48 – 55
tahun, berlangsung selama 4 – 5 tahun.
b.
Perimenopause
Merupakan masa peralihan dengan
siklus haid yang tidak teratur, mulai mengalami keluhan klimaterik, kadar FSH,
LH, dan estrogen bervariasi, kadar progesteron rendah.
c.
Menopause
Haid berhenti, kadar estrogen
berkurang, perubahan serta keluhan psikologik dan fisik makin menonjol, usia
antara 56 – 60 tahun, berlangsung 3 - 4 tahun.
d.
Pascamenopause
Adaptasi perubahan psikologik dan
fisik, ovarium sudah tidak berfungsi, hormon gonadrotopin meningkat, keluhan
makin berkurang, usia 60 – 65 tahun.
4.
Gejala-gejala Menopause
Pada
masa menopause diikuti perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya. Untuk
mengetahui masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang
mendahului meskipun tidak semua wanita akan merasakan gejala-gejala tersebut.
Reitz
(dalam Damayanti, 2003) mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa
menopause, yaitu:
a.
Berhentinya menstruasi secara mendadak. Mulai terjadi pola haid yang tidak
beraturan, haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola
tertentu pada wanita yang berusia sekitar 45 tahun keatas.
b.
Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada
vasomotor.
c.
Rasa gelisah, mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan, termasuk perasaan
tertekan, sedih, malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tidak berdaya
dan mudah menangis.
d.
Osteoporosis (pengeroposan tulang).
e.
Pruritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah
vulva atau alat kelamin.
Menurut
Kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase
preliminer, yaitu:
a.
Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau
lebih awal.
b.
Muncul gangguan-gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran
pembuluh-pembuluh darah.
c.
Merasa pusing, disertai sakit kepala terus menerus.
d.
Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti-hentinya.
e.
Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain-lain.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala menopause antara lain
berhentinya menstruasi secara mendadak atau menstruasi yang tidak lancar dan
tidak teratur, terjadinya arus panas, merasa gelisah, pusing, osteoporosis,
pruritis, selalu berkeringat dan neuralgia.
5.
Faktor – Faktor Perubahan Psikologis Pada Masa Menopause
a.
Perubahan peran dalam kehidupan keluarga
Perubahan
peran ini menginjak pada saat anak – anak menuju usia dewasa dan mandiri.
Menurut Cumming dan Hanry, orang yang lebih tua yang mengalami pelepasan itu
menjadi bahagia dengan kebebasan yang lebih banyak, kewajiban – kewajibannya
berkurang terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama.
b.
Ibu merasa tidak lagi dibutuhkan
Dengan
bertambah dewasa dan mandirinya seorang anak, terkadang anak tidak mengikut
sertakan orang tua ke dalam suatu permasalahan – permasalahannya. Seorang anak
ingin mengatasi berbagai masalahnya sendiri. Disini akan timbul suatu konflik
baru, orang tua akan merasa tidak dibutuhkan
lagi oleh anak – anak merek.
c.
Perubahan hubungan sosial dan lingkungan
Dalam
teori disengagement dikatakan bahwa manusia yang menjadi tua dan terutama yang
sudah sangat tua akan mencari bentuk – bentuk isolasi sosial tertentu dan
justru dalam isolasi itu, atau karena isolasi itu ia menjadi bahagia dan puas.
d.
Kehilangan anggota keluarga
Ketika
seseorang anak menjadi dewasa dan pada waktunya mereka harus menikah, orang tua
tentunya akan merasa senang karena kewajibannya telah selesai dalam mengasuh
anak dan dalam kesenangan itu ada perasaan kehilangan terhadap salah satu
anggota keluargannya. Hal ini dapat menjadi konflik ketika semua anggota
keluarga hidup mandiri dan tidak menjadi satu ( tidak hidup bersama ) dengan
orang tuanya.
e.
Pertambahan usia
Segera
setelah dilahirkan, maka seseorang secara fisiologis menjadi lebih tua.
Jaringan – jaringan dan sel – sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi,
tetapi sebagian lagi akan mati.
f.
Mudah sakit – sakitan
Dengan bertambahnya usia maka
jaringan – jaringan dan sel – sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi,
tetapi sebagian lagi akan mati. Dengan demikian maksimalnya fungsi jaringan dan
sel maka kondisi orang yang sudah lanjut usianya rentan sekali terhadap
penyakit, sehingga mereka mudah sekali sakit.
6.
Gangguan Psikologi pada Wanita Menopause
Menurut
Kartini (1992) beberapa gangguan yang terjadi adalah :
A.
Depresi Menstrual
Keadaan ini pernah
timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode
reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini
sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja
timbul dengan interval waktu yang tetap.
Perasaan - perasaan itu tiba bersamaan dengan datangnya siklus menstruasi
setiap bulannya. Tampaknya depresi tadi merupakan manifestasi dari kepedihan
hati dan kekecewaan, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang lengkap, dan
sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid. Hampir semua wanita klimakteris mengalami
dalam tempo yang relatif pendek atau relative panjang suasana hati depresif dan
melankolis.
Adapun sebab utamanya adalah :
a. Karena ia ingin mengingkari dan memprotes proses biologis
mengarah pada ketuaan.
b. Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya, serta
terlalu menganggap dramatis proses ketuaannya.
c. Kemunduran jasmaniah ini dirasakan sebagai: kemungkinan
dan mendekatnya kematian, juga sebagai tidak ada gunanya lagi untuk terus
hidup.
d. Hidupnya kini dianggap tidak mengandung harapan, penuh
kepedihan, dan pribadinya dilupakan oleh semua orang. Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang
tua ini memang berkaitan dengan kepahitan dan kepedihan hati, karena wanita
yang bersangkutan merasa kehilangan “dunia remaja” indah yang sudah lampau.
Cara
mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual
yaitu:
1)
Dukungan informatif
· Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
· Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa
menerima statusnya tersebut.
· Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan lapang
dada.
· Memberi contoh-contoh pengalaman poditif tentang wanita
menopause.
· Menganjurkan untuk berolahraga.
· Memberi latihan penanganan stress.
· Memberi nasehat untuk ke psikolog bila perlu.
2)
Dukungan emosional
· Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita
menopause.
· Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami
kandisi istrinya.
· Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita
tersebut.
· Menciptakan lingkungan kelurga yang nyaman, tenang, harmonis
dan saling pengertian.
3) Dukungan instrumental
· Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita
menopause ( yang dilakukan oleh keluarga, teman dll ).
· Memberikan bantuan materi terhadap apa yang dibutuhkan oleh
wanita menopause ( yang dilakukan
oleh keluarga ).
4) Dukungan penghargaan
· Memberikan penghormatan ( rasa hormat ) kepada wanita
tersebut sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
· Memberikan dorongan / support kepada wanita tersebut
sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
B.
Ide Delirius (Kegilaan, waanzinning)
Delusi
diri (gambaran kegila-gilaan, kecohan-diri, tipuan diri sendiri) yang narsistis
seakan-akan menampilkan “keremajaan wajahnya” pada cermin kaca. Maka sikap
memberontak terhadap proses ketuaan tadi membuat dirinya jadi naif, dan
manjadikan dirinya lupa daratan, melupakan pengalaman-pengalaman positif dimasa
lalu yang membuat ia jadi bijaksana. Adapula wanita-wanita usia ini yang dikala
mudanya menunjukkan tingkah laku halus dan terhormat, kini mulai bergaul dengan
dan mengumpulkan anak-anak muda serta kaum pria yang jauh lebih inferior
daripada dirinya lalu ia berilusi bahwa dirinya dikagumi dan dicintai oleh
banyak pria muda.
Kadang kala, ada wanita setengah baya yang
secara sentimental banyak melamun tentang masa mudanya. Lalu ingin mengulang
kembali pengalaman-pengalaman lama, dengan menjalin hubungan cinta mesra baru
atau mencari pengalaman baru yang belum pernah dialaminya dimasa lalu. Bahkan
adapula wanita-wanita setengah umur yang tergoda ikut-ikutan melakukan
perbuatan-perbuatan yang kurang terhormat; misalnya melakukan relasi sex bebas,
dengan alasan yang sama seperti motif-motif.
Semua tipe wanita klimakteris, tidak mampu
mengendalikan hasrat pemberontakannya terhadap usia tua dan bersikap kurang
bijaksana, serta hanyut dalam dunia fantasi itu, pada hakekatnya tengah
mengulangi kembali masa pubertas psikologisnya. Banyak impuls - impuls dan
harapan-harapan emosional yang dahulu bisa dikendalikan atau bisa
dikompensasikan dalam bentuk tingkah laku yang lebih dewasa. Kini mulai
bermunculan dan meledak-ledak kembali tanpa bisa dikendalikan. Sekarang ia
banyak dihinggapi fantasi-fantasi puber dan impian siang yang histeris, atau
ilusi kegila-gilaan (waanzinig). Pada akhirnya, wanita klimakteris tersebut
banyak mengalami frustasi, karena tidak berlandaskan realitas. Biasanya gejala
tersebut berisikan ide delirus (kegilaan, nafsu-nafsu petualangan).
Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan
ide delirius yaitu :
· Memberi nasehat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
· Memberi nasehat mengembangkan pikiran atau ide yang positif
dalam hidup.
C.
Masturbasi Klitoris (Onani kelentit)
Banyak wanita yang dahulu selama periode produktif menjadi
dingin-beku secara seksual, pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja
seksualitasnya menjadi hangat membara lagi, dan ia menjadi sensitive sekali.
Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode produktif memiliki
seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini mereka menjadi beku
dingin secara seksual. Ada kalanya pada
wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi dan
ia sensitive sekali sengga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani
kelentir).
Cara
mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
· Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara
sehat.
· Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk
mendapat terapi.
· Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan
hubungan sex.
· Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami
mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.
D. Aktifitas Hipomanis Semu
Wanita tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya
jadi bertambah. Jika ia dahulu menghindari pengalaman-pengalaman yang
menggunakan kekerasan atau kesembronoan, maka sekarang ini seakan-akan ia
dikejar-kejar oleh nafsu untuk menyerempet - nyerempet bahaya, guna memperkaya
pengetahuan hidupnya. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja, dan selalu
meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari
awal lagi. Ia mulai membuat
catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan jauh dan menjalin
kisah-kisah hidup baru. Dia menjadi sangat antusias tentang ide-ide dan paham
politik tertentu. Ia mengubah sikapnya terhadap keluarga sendiri, dan
seringkali meninggalkan rumah dengan alasan-alasan yang sama seperti alasan
gadis-gadis puber. Wanita klimakteris tersebut menjadi sangat tertarik pada
ideologi-ideologi politik tertentu.
Ada juga wanita-wanita setengah baya yang mencoba terus
menerus memperkuat kepercayaan dirinya dengan jalan:
a. Meninggalkan sama sekali dunia sosial, karena dunia
pergaulan ini
mengingatkan
dirinya padabanyak kepahitan hidup.
b. Lalu ia mengisolsai diri dalam dunia khayalan atau “
dunia indah ” yang diciptakan sendiri dalam fantasinya.
Adapun cara mengatasi gangguan psikologis ini yaitu :
· Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah
ke hal - hal positif misalnya kegiatan sosial, banyak berkumpul dengan keluarga
dan cucu, berolahraga, menghadiri seminar
atau ceramah, membaca berita, rekreasi dan lain – lain.
· Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau
bakat.
7. Cara mengatasi Insomia, Gangguan Konsep Diri dan Infantil
pada Masa Menopause dengan Konseling dan Kolaborasi
Pada
masa menopause terjadi perubahan yang menimbulkan gangguan diataranya insomia, gangguan konsep diri dan infantil.
Cara mengatasinya adalah :
1. Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca
bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
2. Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang
karena akan mengganggu tidur.
3. Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu
panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapih.
4. Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut
menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang
dihirup.
5. Batasi minum / cairan setelah jam 16.00 karena akan
banyak buang air waktu malam hari.
6. Jernihkan pikiran,
cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum
tidur.
7. Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8. Mengerti dan
menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9. Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan
batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10. Ketenangan dalam
keluarga yaitu adanya pengeryian dan dorongan anggota kelurga akan membantu
mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
11. Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi.
8. Peran Bidan Dalam Mengatasi Gangguan – gangguan pada
Wanita Menopause
Dalam siklus kehidupan wanita atau daur kehidupan wanita
diantaranya adalah masa menopause, yang paling banyak diperbincangkan,
dipermasalahkan dan bagi sebagian wanita membinggungkan, mengalami menopause
berarti memasuki masa tua, masa non produktif ( secara biologis ), masa tak
berguna bagi masyarakat, lama – kelamaan menjadi beban bagi keluarganya dan
masyarakat. Apabila ibu menopause direspon dengan baik tidak akan terjadi
masalah dan dapat melaluinya dengan baik. Oleh sebab itu, bidan mempunyai peran
memberikan konseling dan pendekatan kepada wanita yang mengalami menopause agar
dapat menerima bahwa menopause adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh
semua wanita.
Pendekatan bukan hanya dilakukan kepada wanita yang mengalami
menopause, tetapi juga kepada suaminya, sehingga suami dapat memahami dan
menerima keadaan istrinya. Sehingga apabila terjadi gangguan psikologis pada
wanita menopause, suami dapat ikut serta dalam mengatasi permasalahannya.
Disamping itu bidan juga dapat berkonsultasi dengan dokter ahli, meneruskan
pengawasan setelah pengobatan, dan juga dapat merujuk penderita gangguan
psikologis pada menopause ke rumah sakit.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
Menjadi tua adalah suatu proses yang merupakan bagian dari
kehidupan seseorang, dan sudah menjadi sejak konsepsi dalam kandungan yang
berlangsung terus sepanjang kehidupan. Seseorang ibu yang berumur 50 tahun
berangsur – angsur merasakan suatu gejala berakhirnya masa subur dalam
kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi, dinding
liang rahim menjadi kering dan kaku, payudara menjadi lembek, kulit berkeriput
dan rambut menjadi kering dan berkeriput, timbul kantung dibawah mata, dan perasaan
kewanitaannya juga berubah sampai ketika hubungan kelamin menjadi sakit, kulit
mengendur, inkontinensia ( gangguan kontrol beremih ) pada waktu beraktivitas,
jantung berdebar – debar, hot flushes ( peningkatan suhu tubuh secara
tiba – tiba ), sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa kesemutan pada
tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot.
Seiring dengan perubahan yang terjadi pada fisiknya ibu
tersebut merasa sering mengalami stres siklus haidnya mundur, merasa reaksi
emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan dimana obyek
ketakutannya tidak jelas. Emosi – emosi negatif seperti lekas marah, mudah
tersinggung, sulit konsentrasi, mudah gugup, merasa tidak berguna, tidak
berharga, menjadi sering muncul.
Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan ibu tersebut mengalami gejala –
gejala seperti yang diceritakan diatas ?
2. Apa yang bisa diberikan dalam meringankan masalah si ibu?
Jawaban :
1.
Penyabab gejala yang dialami oleh ibu tersebut adalah tidak lain akibat dari
faktor dimana menopause adalah suatu fase dari kehidupan
wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi
reproduksi yang dimulai antara umur 40 tahun sampai 55 tahun. Pada masa
menopause terjadi banyak sekali perubahan terutama pada hormon – hormon
reproduksi seperti GnRH ( Gonadotropin Hormone ), FSH ( Foilicle Stimulating Hormone), LH
(Luteinizing Hormone), estrogen dan progesteron. Kelima hormon ini sangat
berpengaruh pada masa menopause dimana salah satu contoh yaitu apabila terjadi penurunan
kadar estrogen, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat
berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik
dan gangguan siklus haid.
2.
Penanganan yang dapat diberikan khusnya sebagai seorang bidan yaitu berupa
konseling dimana dengan diberikannya konseling diharapkan mampu membantu pasien
untuk mengatasi masalah yang sedang di hadapi. Adapun beberapa konseling yang
dapat diberikan kepada pasien tersebut yaitu :
a. Memberikan konseling dan pendekatan kepada wanita yang
mengalami menopause agar dapat menerima bahwa menopause adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita. Pendekatan bukan hanya dilakukan
kepada wanita yang mengalami menopause, tetapi juga kepada suaminya, sehingga
suami dapat memahami dan menerima keadaan istrinya. Sehingga apabila terjadi
gangguan psikologis pada wanita menopause, suami dapat ikut serta dalam
mengatasi permasalahannya.
b.
Dalam mengatasi gangguan mangenai gejala menopause ini tidak lain yaitu
memberikan dukungan sosial berupa :
1) Memberikan konseling mengenai rasa sakit yang dirasakan
oleh ibu diakibatkan karena bertambahnya usia sehingga jaringan – jaringan dan
sel – sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi, tetapi sebagian lagi akan
mati. Dengan demikian fungsi jaringan dan sel maka kondisi orang yang sudah
lanjut usianya rentan sekali terhadap penyakit, sehingga mereka mudah sekali
sakit.
2) Memberi dukungan informatif seperti :
· Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
· Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa
menerima statusnya tersebut.
3) Dukungan emosional seperti :
· Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami
kandisi istrinya.
· Menciptakan lingkungan kelurga yang nyaman, tenang, harmonis
dan saling pengertian.
· Memberikan dorongan / support kepada wanita tersebut
sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
BAB
IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Menopause adalah suatu fase dari kehidupan
wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi
reproduksi. Periode terjadinya menopause ketika persediaan sel telur habis,
indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang akibatnya haid tidak
muncul lagi, batasan wanita akan mengalami menopause antara umur 40 tahun
sampai 55 tahun.
Adapun
gejala psikologis pada wanita menopause antara lain mengenai suasanan hati yang
menunjukkan ketidak tenangan psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi,
prilaku yang gelisah, dan reaksi – reaksi biologis. Dalam periode menopause
dapat terjadi beberapa gangguan seperti depresi menstruasi, ide delirius,
masturbasi klitoris, dan aktivitas hipomanis semu.
Dengan
adanya masalah yang terjadi pada wanita khususnya masalah menopause, seorang
bidan dapat berperan dalam memberikan konseling dan pendekatan kepada wanita
yang mengalami menopause agar dapat menerima bahwa menopause adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
2. SARAN
Diharapkan pada seluruh tenaga kesehatan mampu melaksanakan
asuhan yang komprehensif khususnya dalam
penanganan kasus mengenai masalah pada wanita menopause.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansyur.
H. 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta. Salemba
Medika.
Papalia,
Diane E. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Suryani.
E. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta : Fitramaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar